Dimasak Pakai Kayu Bakar, Dodol Depok Ini Legit Minta Ampun

Selasa, 10 Oktober 2017 - 15:27 WIB
Dimasak Pakai Kayu Bakar,...
Dimasak Pakai Kayu Bakar, Dodol Depok Ini Legit Minta Ampun
A A A
Walaupun terbilang makanan jadul, dodol Depok masih tetap eksis. Terbukti, masih banyaknya pemesan dari pembuatnya langsung di Depok.

Salah satunya adalah Rokiah, yang setia melestarikan dodol. Biasanya pembuat dodol panen pesanan saat menjelang Lebaran. Bahkan mendekati Lebaran, Rokiah bisa menjual 800 kilogram (kg) dodol. Tak tanggung-tanggung, dia pernah menerima pesanan hingga 1 ton dodol. “Tiap tahun selalu ramai pesanan,” kata Rokiah.

Dalam sehari, dia bisa menghabiskan sekitar 67 liter ketan putih. Dodol buatannya memiliki rasa yang khas dan tahan lama, dibuat tanpa bahan pengawet apa pun. Untuk 1 liter ketan dicampur dengan 1 kg gula merah, 500 gram gula putih dan 2 buah kelapa yang diambil santannya.

“Seluruh bahan dimasak lebih dari lima jam hingga menjadi dodol. Bisa tahan lama karena dimasak lama sehingga tanak (matang),” ucapnya. Untuk 1 kg dodol buatannya dijual Rp50.000. Pelanggan Rokiah sudah terbiasa memesan melalui telepon atau datang langsung ke rumahnya di Jalan KH M Usman No 47 Depok.

“Dibungkus sesuai permintaan pelanggan. Mulai dari ukuran kecil siap makan hingga ukuran 3 kg yang dipakai untuk hantaran,” ujar Rokiah. Setiap tahun Rokiah selalu kebanjiran pesanan. Bahkan dia terpaksa membatasi pesanan supaya tidak mengecewakan pembeli.

Khusus Lebaran, pemesanan biasanya dimulai sejak hari ke-10 puasa hingga H-7 Lebaran. Pelanggan yang memesan di luar waktu yang ditentukan terpaksa harus kecewa karena Rokiah sudah tidak bisa melayani permintaan pembeli.

“Daripada saya terima tapi tidak bisa (melayani pembeli) lebih baik saya tolak. Saya malah menganjurkan membeli di tempat lain. Tapi kalau yang sudah fanatik memang enggak mau beli di tempat lain,” kata dia.

Rokiah membuat dodol di rumahnya di Jalan KH Usman No 47, Beji, Depok. Dia sudah membuat dodol sejak pukul 04.00 WIB. Dodol buatannya memiliki rasa khas karena ketika dimasak tidak menggunakan kompor, melainkan menggunakan kayu bakar. “Rasanya berbeda kalau pakai kayu bakar lebih legit dan tanak (matang),” kata Rokiah. Setiap hari dia bisa membuat hingga 70 kg dodol dalam dua tahap.

Sekali adonan memerlukan waktu hingga delapan jam. Dibantu delapan orang karyawannya, Rokiah dengan telaten mengaduk wajan berukuran besar. Usaha dodolnya sudah dilakoni sejak puluhan tahun. Bisnis keluarga ini merupakan warisan orang tua dan kini diturunkan ke anaknya.

“Jadi sudah tiga generasi. Langganannya ya yang biasa beli saja, sudah ada pelanggan setia,” ungkapnya. Dodol buatan Rokiah sudah mendunia, Bahkan sudah ada yang fanatik dengan dodol buatannya.

Pasalnya, dodol yang dia buat bebas pengawet tapi bisa awet hingga tiga bulan karena dimasak sangat matang dan dalam waktu lama. “Kuncinya cuma dikasih tambahan garam saja, enggak ada pengawet apa-apa,” katanya. Sementara itu, Pemerintah Kota Depok melalui Dinas Koperasi Usaha Mikro (DKUM) juga membuka program pelatihan bagi Wirausaha Baru (WUB) pada 2017.

Program pelatihan manajemen tersebut merupakan prioritas pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan wirausahawan baru, khususnya di Kota Depok. “Pelatihan ini ditujukan bagi pelaku usaha baru dengan umur usaha 6 bulan sampai 3 tahun.

Kami ingin melatih para pelaku usaha yang baru memulai usaha agar memiliki bekal dan pengetahuan usaha serta semangat dalam mengembangkan usahanya,” kata Kepala DKUM Kota Depok Mohammad Fitriawan.(R Ratna Purnama)
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0665 seconds (0.1#10.140)